ATURAN HIDUP SSV

I. ASAL MULA SERIKAT

Serikat Sosial Vinsensius Depaul adalah komunitas Kristiani internasional, didirikan di Paris tahun 1833 dengan perhatian utama membuat Gereja dan iman Katolik sungguh tanggap pada kondisi masyarakat, terutama perhatian nyata kepada mereka yang miskin dan terlantar.

Serikat ini diawali oleh sekelompok kaum muda dan mahasiswa yang prihatin akan keadaan Gereja dan masyarakatnya pada waktu itu. Saat itu masih jaman Revolusi Prancis yang mulai meletus 1789 dan terus berkepanjangan. Rakyat marah pada kaum bangsawan dan Gereja yang dianggap kurang peduli pada penderitaan rakyat, bahkan seringkali berpihak pada orang kaya dan bangsawan. Memang ada beberapa hirarki dan tokoh Katolik yang peduli dan tanggap menolong orang miskin, namun jumlah dan gerakan mereka kurang nampak. Banyak tokoh yang membela rakyat menyerang Gereja baik secara fisik, maupun dengan ajaran yang membawa suasana anti gereja.

Ozanam dan sekelompok temannya rajin mengadakan pertemuan dan membuka diskusi untuk membela Gereja. Mereka setuju bahwa Gereja harus berubah, namun dengan ajakan penuh kasih, bukan dengan menyerangnya. Mereka rajin mempelajari sejarah Gereja dan menunjukkan peran Gereja dalam perkembangan sastra dan ilmu yang sangat berguna bagi umat manusia. Usaha mereka ini agak meredakan suasana anti gereja di kampus. Namun kemudian beberapa lawannya kembali mengencam karena mungkin di masa lalu Gereja telah berbuat banyak untuk kemanusiaan, namun apa yang dilakukan Gereja saat itu ketika rakyat demikian menderita?

Salah seorang dari mereka Auguste le Taillandier mengungkapkan kegelisahan nya bahwa mereka memang harus bertindak. Ozanam yang sebenarnya telah lama mempunyai keprihatinan yang sama merasa yakin bahwa memang sudah saatnya untuk bertindak. Mereka menghubungi Prof. Emmanuel Bailly sahabat dan pendamping kaum muda ini. Kemudian mereka menghadap pastor paroki untuk menyatakan gagasan mereka. Pastor sulit memahami maksud mereka dan menganjurkan mereka untuk mengajar katekese. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan di kantor Le Tribune percetakan Prof. Bailly pada tanggal 23 April 1833, kebetulan hari itu tepat ulang tahun Frederic Ozanam yang keduapuluh. Disitulah Auguste Le Taillandier, Frederic Ozanam, Paul Lamache, Francois Lallier, Jules Deveaux, Felix Clave memulai Serikat Cinta kasih dan Prof. Emmanuel Bailly diminta menjadi ketua mereka. Kemudian direncanakan tindakan langsung untuk menolong orang miskin dengan membantu Sr. Rosalie Rendu PK yang waktu itu sangat terkenal dengan karyanya untuk orang miskin. Sr. Rosalie Rendu PK dianggap oleh SSV sebagai Pembimbing Rohaninya yang pertama.

Semula puas dengan keakraban mereka berenam, mereka tak berminat untuk menerima tambahan anggota. Namun Ozanam menyadarkan mereka untuk menjadi kelompok yang terbuka untuk menerima anggota baru. Demikianlah anggota mereka semakin bertambah.

4 Februari 1834, Jean Leon le Provost (1803-1874) anggota tertua waktu itu aku lain Bailly mengusulkan agar Santo Vinsensius yang terkenal kasihnya pada orang miskin menjadi pelindung, teladan dan nama serikat. Santo ini juga penggerak kaum awam dalam Gereja. Pada kenyataannya dibawah bimbingan Sr. Rosalie Rendu PK sebenarnya sejak awal Serikat telah menghayati spiritualitas Santo Vinsensius. Mereka sepakat menyetujui, bahkan selanjutnya dalam pertemuan mereka juga membaca “Kisah Santo Vinsensius pelayan orang miskin” agar mereka semakin dapat meneladani orang Kudus tersebut. Betapa rinci Santo Vinsensius menulis tentang pelayanan kepada orang miskin. Tak ada inspirasi dan teladan yang lebih tepat dari Santo ini bagi Serikat kaum muda itu. Santo yang menyebut orang miskin “Tuhan dan Guru”. Jean Leon le Provost juga mendirikan Pusat Kaum Muda dan Kongregasi Bruder St. Vinsensius Depaul.

Leonce Curnier orang muda yang pernah menghadiri pertemuan serikat pada bukan Juni 1834 demikian terkesan. Ketika beberapa bulan kemudian dia kembali ke Nimes anak saudagar sutera itu menulis kepada Ozanam bahwa dia mendirikan perkumpulan yang sama di kotanya. Ozanam bersukacita mendengar perkembangan pertama Serikat di luar Paris itu.

Sementara itu serikat yang di Paris anggotanya juga terus berkembang. Akhir 1834 Ozanam ingin agar serikat dipecah, tapi Le Pirriere menentang dengan keras. Perdebatan berlangsung dengan sengit. Bailly dengan bijaksana menunda pemecahan itu. Februari 1835 ketika anggota sudah hampir 60 orang, mereka sepakat untuk memecah serikat. Selanjutnya Serikat ini terus berkembang di berbagai kota di Prancis, bahkan juga ke luar negeri.

Serikat mengenang para pendiri dengan penuh syukur karena teladan yang mereka berikan untuk mengabdi orang miskin dan Gereja. Roh Kudus jelas sekali menaungi mereka semua tatkala mereka berkumpul pada pendirian serikat itu, meneguhkan karisma mereka masing-masing. Di antara mereka Beato Frederic Ozanam menjadi sumber inspirasi yang luar biasa. Serikat ini sejak berdirinya adalah Katolik dan tetap menjadi organisasi awam Katolik internasional. Para pendirinya adalah awam Katolik sejati yang bersemangat mewujudkan Rahmat dari sakramen babtisnya sebagaimana diteguhkan oleh Konsili Vatikan II lebih dari seratus tahun kemudian.

II. TUJUAN DAN PANGGILAN KITA

1. Panggilan Vinsensian Dalam iman tujuan hidup diyakini sebagai panggilan dari Tuhan sendiri. Panggilan dari anggota Serikat yang disebut Vinsensian adalah mengikuti Kristus untuk melayani mereka yang membutuhkan dan dengan demikian memberi kesaksian tentang belaskasih dan cintaNya yang membebaskan. Panggilan ini diwujudkan dalam kontak langsung dan pribadi dengan Kristus dalam orang miskin. Kita melayani dalam pengharapan bahwa apa yang kita lakukan bersama Allah akan membawa kebaikan bagi orang miskin yang kita kunjungi dan layani, dan dengan demikian juga membawa kebaikan bagi dunia sebagai tanda mulai hadirnya Kerajaan Allah sebagaimana diwartakan Tuhan Yesus Kristus. Optimisme inilah yang membuat kita melayani dengan penuh kegembiraan walaupun menghadapi berbagai masalah.
2. Panggilan untuk seluruh hidup kita Panggilan Vinsensian mengikuti Kristus dihayati dalam seluruh hidup kita sehari-hari, setiap saat dan dalam segala situasi, membuat kita lebih peka dan penuh perhatian dalam keluarga kita, di tempat kerja, maupun dalam pergaulan. Keanggotaan kita dalam konferensi hendaknya tidak menjadi bagian yang terpisah dari seluruh hidup kita. Sebaliknya pengalaman kita dalam konferensi dan kontak kita dengan orang yang miskin dan menderita, doa pribadi maupun bersama kita, harus mewarnai seluruh hidup kita, bukan hanya sesaat, namun setiap saat: sebagai orang-tua, sebagai anak, sebagai karyawan atau majikan, sebagai sahabat. Kita harus memastikan bahwa dalam segalanya itu kita dipimpin oleh kasih kita kepada Kristus dengan bimbingan Roh Kudus.

3. Berdoa sebelum berjumpa atau mengunjungi orang miskin Kita berdoa mohon bimbingan Roh Kudus agar menjadikan kita penyalur rahmat kedamaian dan kegembiraan selama kunjungan atau perjumpaan kita dengan orang miskin. Doa ini telah menjadi tradisi sejak konferensi pertama serikat, bila mungkin mereka mengunjungi Sakramen Maha kudus sebelum mengunjungi orang miskin. “Sepuluh kali sehari kalian mengunjungi orang miskin, sepuluh kali sehari kalian akan menjumpai Allah di situ … kalian mengunjungi orang miskin, tetapi di situ kalian menjumpai Allah” (SV)

4. Dengan penuh kegembiraan, hormat, empati dan persaudaraan

  • Kita melayani orang miskin dengan kegembiraan dan harapan injili, walaupun berhadapan dengan buruknya situasi kemiskinan mereka
  • Kita mendengarkan mereka dengan penuh hormat untuk membuat mereka merasakan martabatnya sebagai manusia, citra Allah yang luhur. Dalam diri orang miskin kita menjumpai Kristus sendiri.
  • Kita berusaha masuk dalam perasaan orang miskin agar tidak mudah mengadili mereka, namun menerima mereka sebagai sesama saudara kita

5. Membantu mereka untuk mandiri Kita membantu orang miskin bukan untuk membuatnya menjadi tergantung pada kita, namun justru membantunya mandiri. Kita mendampingi dan meyakinkan mereka bahwa dengan bantuan Allah dan usaha keras kita dapat mengubah nasib kita. Termasuk di sini adalah meningkatkan kinerja dan kreativitas mereka, serta membantu mereka melawan ketidakadilan sosial.

6. Memperhatikan kebutuhan rohani sebagai kebutuhan terdalam manusia Lewat pelayanan kita berusaha menggugah kebutuhan rohani mereka untuk percaya kepada Allah, hidup dengan penuh syukur atas penyelenggaraan Nya, dan kesediaan untuk dibimbing oleh tangan Nya. Ini semua tetap kita lakukan walaupun iman mereka mungkin berbeda. Dengan tetap menghormati iman masing-masing, kita dapat mengajak mereka untuk berdoa dan menyadari kehadiran Allah dalam keheningan.

7. Bersyukur setelah mengunjungi dan berjumpa dengan orang miskin Kita tak boleh lupa untuk mensyukuri rahmat dan pengajaran yang kita terima dari Allah lewat kunjungan itu. “Orang miskin adalah guru dan tuan kita” (S. Vinsensius). Hanya dengan doa syukur dan refleksi ini,  maka hidup rohani dan kepribadian kita akan benar benar ditumbuhkan oleh Allah.

III. SPRITUALITAS SERIKAT

8.Mengasihi dalam persatuan dengan Kristus Yakin akan kebenaran rasul Paulus “bukan lagi aku yang hidup, namun Kristus yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20), Vinsensian berusaha untuk semakin menyatu dengan Kristus. Kita berharap bahwa berangsur-angsur bukan lagi kita yang mengasihi, namun Kristus yang mengasihi melalui kita. Dan bahwa lewat pelayanan kita orang miskin dapat merasakan kasih Allah. Untuk itu dalam setiap situasi kita akan bertanya”Quid nunc Christus”, jika Engkau ya Kristus ada pada situasi ini, apa yang akan Kau perbuat? (S.Vinsensius)

9. Spiritualitas Beato Frederic Ozanam Spiritualitas pendiri utama kita ini harus kita resapkan secara mendalam:

  • Senantiasa membaharui iman kita dan sesama akan Kristus, dan mengamalkan ajaran Gereja yang membawa kemajuan peradaban sepanjang jaman
  • Membangun jaringan kasih dan keadilan sosial di seluruh dunia
  • Memperoleh kekudusan sebagai awam dengan menghayati injil seutuhnya dalam segala aspek hidup kita
  • Bersemangat menumbuhkan kebenaran, demokrasi, dan pendidikan

Gereja mengakui keteladanan Ozanam sebagai umat awam, bapa keluarga, suami yang setia, sahabat sejati, dan pekerja yang penuh dedikasi (Paus Yohanes Paulus II). Vinsensian harus bersemangat untuk belajar dari kisah hidup dan tulisan Ozanam dan mengamalkannya dalam hidup kita sehari-hari.

10. Spiritualitas Santo Vinsensius Para pendiri kita sepakat untuk  berlindung dibawah Santo Vinsensius, yang oleh Gereja diangkat sebagai pelindung segala karya amal kasih. Para pendiri berharap agar vinsensian terus menerus berusaha meneladan hidup dan karya Santo Vinsensius, yang pada pokoknya adalah:

  • Mengasihi Allah, Bapa kita, dengan mencucurkan keringat kita dan lengan baju tersingsing
  • Melihat Kristus dalam diri orang miskin, dan orang miskin dalam Kristus
  • Ambil bagian dalam belaskasih dan kasih yang membebaskan dari Kristus penginjil dan pelayan orang miskin
  • Mendengarkan bimbingan Roh Kudus

Vinsensian bertekat untuk meneladan santo ini dalam kesatuannya dengan Kristus, sehingga senantiasa berani mewujudkan kasihnya secara kreatif untuk menanggapi kebutuhan orang miskin, sebagaimana dikatakan oleh santo ini,”Kasih senantiasa kreatif dan menemukan jalan”. Bersama santo Vinsensius kita mau peka mengikuti bimbingan Roh Kudus dan Penyelenggara ilahi yang senantiasa mau campurtangan lewat hal yang biasa dalam hidup kita sehari-hari. Bimbingan Roh Kuduslah yang akan meningkatkan pelayanan kita pada orang miskin.

11. Keutamaan yang penting Vinsensian meneladan Santo Vinsensius dalam 5 keutamaan yang penting untuk mengembangkan kasih dan hormat pada orang miskin:

  • Simplisitas– ketulusan, kesederhanaan, kejujuran. Mengikuti teladan Tuhan Yesus kita mau setulus hati hanya melaksanakan kehendak Tuhan (Yoh 4:34), bebas dari pamrih apapun. Kita juga mau hidup dan berbicara sederhana agar dapat menjadi sesama dengan orang miskin yang sederhana, dan bersama mereka boleh bersyukur menerima pewahyuan Bapa (Mat 11:25). Sungguh, orang miskin seringkali menjadi guru kita untuk memahami injil dengan sikap hidup mereka.
  • Humilitas– menyadari bahwa kita ini hanya debu, namun Tuhan menganugerahkan segala yang baik kepada kita untuk diamalkan. Kita mengakui keterbatasan kita sebagai pribadi maupun kelompok, karena itu kita mau bekerjasama dengan siapa saja dan kelompok manapun demi kesejahteraan orang miskin. Sadar bahwa kita tak selalu muda dan kuat, maka mengikuti teladan Tuhan Yesus yang mendidik para rasul penerusnya, kita juga berusaha sungguh-sungguh dengan rendah hati menyiapkan orang-orang yang akan melanjutkan karya luhur ini.
  • Kelembutan hati– sabar dan hormat kepada sesama citra Allah, bagaimanapun juga penampilan fisiknya. St Vinsensius mengajarkan bahwa dibalik penampilan orang miskin yang begitu kumuh, ada Kristus sendiri (Yes 52:14). Karena itu kita harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat dan lembut hati. Hanya dengan kelembutan hati orang miskin itu akan berani menjadi sahabat kita. Dan bukan hanya kepada mereka, kita juga harus lembut hati kepada siapa saja yang kita jumpai, karena setiap manusia adalah citra Allah sendiri.
  • Matiraga– menyangkal diri agar dapat mengenakan Kristus dan kasihNya, rela berkorban waktu, harta milik, tenaga, bakat, bahkan seluruh diri dengan murah hati. Yesus sendiri mengajarkan dan memberi kita teladan untuk menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti Dia (Mrk 8:34). Hanya dengan demikian kita dapat memahami apa yang dipikirkan Allah, dan bukan apa yang dipikirkan manusia (Mrk 8:33)
  • Semangat untuk berkarya kasih demi kesejahteraan dan keselamatan kekal sesama manusia seutuhnya. Belaskasih vinsensian bukan hanya melulu perasaan, namun belaskasih yang terwujud dalam tindakan nyata

Mempelajari karya  Santo Vinsensius Depaul dan menemukan rahasia pemikirannya, kita tahu bahwa dia memang layak untuk disebut Bapa Orang miskin, karena dia belajar untuk mengasihi mereka dengan mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Jika dia melayani mereka secara jasmani, maksudnya untuk mengangkat martabat mereka bukan untuk merendahkan mereka. Ini karena dia menghormati mereka sebagai gambaran dan saudara dari Guru Ilahinya … Ia menganggap dirinya sebagai sarana yang lembut dari Penyelenggara ilahi, yang dia taati sepenuhnya. Ia tak pernah mendahului sang Penyelenggara ilahi, karena dia lebih suka bila kebaikan dilakukan oleh orang lain daripada oleh dirinya. Ia akan bertindak jika ada pekerjaan yang ditinggalkan pekerja lain. Setelah bekerja keras dengan tangannya sampai bercucuran keringat, dengan kerendahan hatinya ia menganggap dirinya belum mengerjakan apa-apa, dan bahwa dia hanyalah hamba yang tak berguna (Pendahuluan Pedoman SSV 1845)

IV. KERASULAN KITA

12. Menggerakkan kaum muda. Sebagaimana panggilan pertama Serikat menyentuh dan menggerakkan kaum muda, maka Serikat senantiasa mengajak dan menggerakkan kaum muda untuk peka terhadap panggilan Tuhan, mewujudkan imannya dalam tindakan nyata melayani orang miskin dengan penuh kasih dan persahabatan. Dengan demikian mereka menghadirkan kasih Allah sendiri bagi orang yang paling terlantar dan menderita.

“Di sekitarmu ada banyak anak muda. Betapa penting dan meneguhkan bagi hati muda mereka untuk menjadi menunjukkan pada mereka Yesus Kristus. Bukan dalam lukisan karya pelukis agung, bukan pula di altar yang gemerlap oleh emas dan cahaya, namun untuk menunjukkan kemampuan kepada mereka Yesus Kristus dan luka-lukanya dalam diri orang miskin” (Beato Frederic Ozanam)

13. Semua bentuk bantuan personal

Tiada suatu pelayanan kasih yang asing bagi Serikat, termasuk semua bantuan untuk meringankan penderitaan atau bencana, memajukan martabat manusia dan keutuhan pribadi mereka dalam semua dimensinya.

14. Kepada siapa saja yang membutuhkan

Serikat melayani mereka yang membutuhkan tanpa memandang agama, suku, golongan, jenis kelamin dan latar belakang politiknya.

15. Mencari orang miskin

Vinsensian tidak hanya menunggu orang miskin datang, namun mencari dan menemukan mereka yang terlantar atau terlupakan, kurban yang terpinggirkan oleh ketidakadilan atau akibat permusuhan.

16. Menyesuaikan diri dengan dunia yang berubah

Setia kepada semangat para pendiri, Serikat senantiasa berusaha membaharui diri, sesuai dengan perubahan kondisi dunia. Tanggap pada perubahan masyarakat dan bentuk-bentuk baru kemiskinan yang dapat dikenali atau diantipasi, kita mengutamakan yang paling miskin dan terlantar.

V. PERSEKUTUAN KITA

17. Berjalan bersama menuju kekudusan Vinsensian dipanggil untuk berjalan bersama menuju kekudusan, karena kekudusan sejati adalah persatuan sempurna dengan Kristus (LG 50) dan kesempurnaan cinta kasih (LG 39), yang menjadi pusat panggilan kita dan sumber kesuburannya. Kita ingin dibakar dengan kasih Allah sebagaimana diwahyukan dalam Kristus serta memperdalam iman dan kesetiaan kita. Vinsensian sadar akan kerapuhannya dan senantiasa membutuhkan rahmat Allah. Kita mengusahakan kemuliaan Allah, bukan kemuliaan kita sendiri. Cita-cita kita adalah membantu meringankan penderitaan semata-mata karena kasih, tanpa memikirkan imbalan atau keuntungan bagi diri kita sendiri.

Kita berusaha semakin dekat dengan Kristus, melayani Dia dalam orang miskin dan sesama anggota. Kita bertumbuh semakin sempurna dalam kasih dengan mewujudkan belas kasih nyata dan cinta yang lembut kepada orang miskin dan sesama anggota.

Karena itu perjalanan kita bersama menuju kekudusan pertama-tama terwujud lewat:

  • Mengunjungi dan mempersembahkan diri kita kepada orang miskin yang iman dan keberaniannya sering mengajar kita untuk hidup. Vinsensian merasakan kebutuhan orang miskin sebagai kebutuhannya sendiri
  • Menghadiri pertemuan konferensi atau dewan untuk saling berbagi kerohanian sebagai saudara yang merupakan sumber semangat dan inspirasi
  • Mengembangkan hidup doa dan refleksi, baik sebagai pribadi maupun bersama-sama, berbagi dengan sesama anggota. Merenungkan pengalaman vinsensian kita akan memperdalam pemahaman rohani kita atas diri sendiri, sesama, dan kebaikan Allah.
  • Mewujudkan keprihatinan kita menjadi tindakan, dan belaskasih kita menjadi kasih yang praktis dan efektif

Perjalanan kita bersama menuju kekudusan akan lebih berbuah jika hidup pribadi kita ditandai dengan doa, meditasi Kitab Suci dan bacaan rohani lain, devosi kepada Ekaristi dan Perawan Maria yang perlindungannya senantiasa kita mohon, serta kesetiaan pada ajaran Gereja.

18. Jaminan kesetiaan kita Hari pertemuan harus kita rayakan dengan gembira, karena merupakan reuni kita yang telah terpisah sepanjang pekan (Pembukaan Pedoman SSV 1845). Setia mengikuti ajakan Guru Ilahi dan rasulnya yang terkasih, kita mau saling mengasihi. Kita akan saling mengasihi sekarang dan selamanya, jauh ataupun dekat, dalam konferensi dan antar konferensi, dari kota ke kota, negara ke negara (Pedoman SSV,1835). Persahabatan yang mendalam ini memungkinkan kita untuk saling mendukung dalam kelemahan. Kesadaran bahwa kita senantiasa berjalan bersama menuju kekudusan harus senantiasa kita pupuk dengan rasa syukur, merenungkannya dalam hati kita dan kita bagikan kepada sesama sebagaimana diteladankan oleh Ozanam dalam surat-suratnya. Kita tidak berjalan sendiri. Kita tidak dipanggil untuk menjadi selamat sendiri. Setiap anggota berjalan disamping saudara-saudari kita menuju kekudusan. Ia bertanggungjawab atas perilakunya, atas teladan dan dukungan yang dia berikan kepada saudara-saudarinya. Tak ada kebaikan yang dapat kita capai, jika kita tidak saling mengasihi. Pelayanan kita kepada orang miskin tak terjamin, bila kita sendiri tidak saling melayani (Yoh 13:14-15,35). Nyala kasih kita dalam konferensi adalah sumber api kasih yang kita baktikan bagi mereka yang menderita.

19. Bersatu dalam doa menyatukan kita dalam Kristus Dalam hidup pribadi kita dan dalam setiap konferensi di segala penjuru dunia, Vinsensian mengangkat doanya kepada Tuhan, dipersatukan dengan doa Kristus (Yoh 17) bagi satu sama lain, dan bagi tuan dan guru kita orang miskin, yang penderitaannya kita mau tanggung juga. Tanpa doa yang menyatukan kita dengan Kristus, kita tak mungkin mencapai apa-apa (Yoh 15:1-8). Dalam doa kita merasa bersatu dengan Gereja kudus dan mendengarkan suara orang miskin. Merekalah guru utama yang mengajar kita menyangkal diri dan mempersembahkan diri kita dengan murah hati. Santo Vinsensius mengatakan,”Berilah saya seorang pendoa dan ia akan mampu melakukan apapun”

20. Solidaritas antar Konferensi dan antar Dewan Konferensi-Konferensi dan Dewan-Dewan saling membantu di tingkat nasional maupun internasional lewat program Twinning. Twinning adalah hubungan langsung antara 2 konferensi atau antara 2 Dewan untuk saling berbagi dalam doa, persahabatan yang mendalam, maupun materi. Dengan twinning kita dapat membantu lebih banyak orang miskin. Namun lebih penting lagi adalah saling mendoakan, saling berkomunikasi tentang hidup kita dan apa saja yang telah kita lakukan, termasuk keadaan orang orang atau keluarga yang kita bantu.

VI. KEANGGOTAAN

21. Prinsip Umum

Serikat terbuka bagi semua orang yang mau menghayati imannya dalam mengasihi dan mempersembahkan dirinya bagi sesama yang miskin untuk menjadi anggota. Kita bukan serikat yang tertutup atau eksklusif. Sebaliknya, hanya bila kita berkembang nyatalah bahwa kita memang memberikan kesaksian kasih. Kegagalan kita untuk menarik anggota baru harus diwaspadai sebagai tanda bahwa kita tidur, tak lagi peka pada kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, atau di antara kita tak lagi ada kasih bahkan mungkin konflik berkepanjangan. Kita harus senantiasa maju dan mengembangkan kerasulan kita, terbuka pada gagasan baru yang muncul demi perkembangan Serikat, menghindari sikap apatis yang mudah puas dengan apa yang telah kita lakukan (Pendahuluan Pedoman SSV, 1845)

Di beberapa negara situasi memungkinkan kita untuk menerima anggota dari Gereja Kristen lain, bahkan orang non Kristen yang dengan tulus mau menghargai dan menerima identitas Katolik dan prinsip-prinsip Serikat. Namun kita harus melakukannya dengan hati-hati agar tidak membahayakan iman Katolik dan penghayatannya dalam Serikat. Ketua, wakilnya dan pembimbing rohani haruslah seorang Katolik. Dalam hal ini sebaiknya Serikat berkonsultasi dengan Konferensi Waligereja setempat.

Serikat tidak membedakan gender,kekayaan, pekerjaan, status sosial atau suku dari anggotanya. Betapa menyenangkan dan mempesona melihat orang dari berbagai status sosial, posisi, pandangan dan usia, dipersatukan ikatan iman yang Kudus, belajar saling mengasihi (Pendahuluan Pedoman SSV 1845)

22. Anggota Aktif

Seseorang yang berniat menjadi anggota hendaknya membuktikan niatnya dengan setia mengikuti pertemuan dan menjalankan tugas-tugas Konferensi. Sekitar 3 bulan setelah terbukti setia, Konferensi dapat mengangkatnya sebagai anggota aktif. Anggota yang tidak lagi dapat mengikuti pertemuan dan menjalankan tugas Konferensi hendaknya diupayakan agar aktif kembali. Namun bila memang dia tidak mungkin lagi menjadi anggota aktif, hendaknya dia mengajukan permohonan pengunduran dirinya. Dia dapat menjadi anggota pendukung. Suatu ketika bila ia aktif kembali, dapat diterima dan dicatat sebagai anggota aktif kembali. Kejelasan ini dibutuhkan demi ketertiban organisasi dan menjaga semangat Konferensi.

23. Donatur dan Anggota pendukung

Kita mencari dan menerima setiap orang yang berkehendak baik untuk menjadi donatur bagi orang miskin yang kita layani.

Anggota pendukung adalah mantan anggota aktif yang tak bisa lagi aktif ikut pertemuan  dan menjalankan tugas, namun tetap mau mendukung Serikat.

Seturut teladan St. Vinsensius hendaknya kita senantiasa memperlakukan mereka sebagai saudara dan sedapat mungkin melibatkan mereka dalam kerasulan Serikat demi perkembangan kasih dan imannya untuk menemukan wajah Tuhan dalam orang miskin yang kita layani.

24. Keluarga Vinsensian

Para anggota di seluruh dunia, bersama dengan perkumpulan lain yang menghayati spiritualitas St. Vinsensius, bersama orang miskin yang kita layani membentuk satu keluarga. Mengenang dengan penuh syukur dukungan dan bimbingan yang diterima konferensi pertama dari Beata Rosalie Rendu PK, Serikat mempertahankan dan mengembangkan relasi akrab dengan cabang lain dari Keluarga Vinsensian, dengan tetap mempertahankan identitasnya sendiri. Serikat bekerjasama dengan Keluarga Vinsensian demi perkembangan rohani dan proyek bersama, sebagaimana juga dengan berbagai inisiatif pastoral kasih Gereja, sejauh itu dapat saling memperkaya dan berguna bagi mereka yang menderita.

VII. PEMBINAAN

25. Pembinaan anggota dan pengurus

Sangat pentingkah bahwa Serikat senantiasa mengusahakan pembinaan dan pelatihan bagi para anggota dan pengurus untuk mendalami pemahaman mereka akan Serikat dan spiritualitas nya, meningkatkan kepekaan, mutu, dan cara kerja kita dalam melayani orang miskin. Anggota perlu dibantu untuk menyadari dan memanfaatkan keuntungasumber-sumber dan kesempatan yang tersedia bagi orang miskin.

26. Terus menerus belajar

Pembinaan dan pelatihan senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan setiap Konferensi agar kita senantiasa terbuka dan tanggap pada perkembangan jaman. Perubahan sosial terus-menerus. hukum dan peraturan baru, sumber-sumber bantuan baru menuntut kita untuk senantiasa belajar, memperluas wawasan, membaharui diri dan pelayanan kita. “Bukankah kita harus terus menerus belajar, jika ingin melaksanakan pelayanan kita dengan sukses” (Pendahuluan Pedoman SSV 1845)

VIII. ORGANiSASI

27. Struktur Serikat

Serikat mewujudkan hidup dan kerasulannya yang paling konkrit dalam konferensi-konferensi. Konferensi dikoordinir oleh Dewan Daerah. Dewan Daerah dikoordinir oleh Dewan Wilayah. Dewan Nasional adalah penanggungjawab tertinggi dalam suatu negara yang mengkoordinir Dewan-Dewan dibawahnya. Dewan Umum adalah penanggungjawab tertinggi serikat di seluruh dunia.

28. Perlunya Organisasi

Dengan sukarela kita masuk dalam Serikat, namun ini tak berarti kita mau melayani  seturut perasaan dan selera kita sendiri. Seturut teladan Santo Vinsensius kita mau berorganisasi dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.

“Orang miskin seringkali tak tertolong, bukan karena tak ada yang mau menolong, namun karena tak ada yang mengorganisasi (SV)

Dengan organisasi kita bisa menjamin efisiensi, efektivitas, dan kelestarian pelayanan untuk orang miskin. Lebih-lebih kalau organisasi dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, termasuk administrasinya, kita akan menarik lebih banyak orang untuk terlibat entah sebagai anggota ataupun donatur. Lembaga lain juga akan percaya dan suka bekerja sama dengan kita. Sebaliknya bila organisasi merosot kita bisa kehilangan kepercayaan, dan sulit mendapat dukungan untuk melayani orang miskin.

29. Visi Misi SSV Indonesia

Organisasi SSV Indonesia dijalankan dengan dasar Visi, yakni SSV pelopor Gereja kaum miskin. Sedangkan Misinya adalah mewujudkan masyarakat adil makmur dengan ikut serta menyelesaikan masalah kemiskinan sebagai ungkapan iman Kristiani yang bertumbuhkembang dalam semangat persaudaraan dan tertib organisasi.

30. Peraturan yang lebih terinci

Selanjutnya Peraturan yang lebih terinci terutama tentang organisasi dapat dilihat dalam Anggaran Dasar.

Create Account



Log In Your Account